PULAU GILI NANGGU lombok


Untuk para wisata wan yang senang ber wisata bahari, menyelam, berjemur di pantai,
atau rileks di tempat yang bernuansa alami, kunjungi lah pantai di Gili Nanggu.
Pulau seluas 12,5 Ha di barat Lombok ini dikelola dengan konsep huitan lindung,
Yang masih perawan tempat ini juga mendapaat julukan oleh para wisata wan asing “ Paradise Island.”

Gili Nanggu berpasir putih dan berombak tenang sangat cocok untuk menhabis kan akhir pecan bersama kerabat terdekat tempat ini juga salah satu tempat wisata terbaik di pulau lombok

Gili Nanggu.juga memiliki Pesona alam bawah yang indah bahkan tidak dapat di temui di kawasan asia mana pun.tidak pulau ini dilengkapi dengan banyak falitas,hotel,staf pantai dan pulau ini sangat cocok untuk ber wisata dan ber bulan madu.

FESTIVAL BAU NYALE

Setiap tanggal duapuluh bulan kesepuluh dalam penanggalan
Sasak atau lima hari setelah bulan purnama, sebelum fajr di pantat seger lombok
acara menarik nya sangat menarik selalu berlangsung ramai
dan dikunjungi banayak wisata wan.
saat ini acara nya di gelar selama tiga hari, 7-9 Maret 2007.

etimologis / akar kata
" nyale " yang berarti cacing dan " bau " yang berarti menangkap

terminlogis karna masarakat setempat memiliki kepercayaan yang sangat tinggi atas kebesaran tuhan
dan mata pencarian masarakat setempat adalah bertani bertani
maka nyale di artikan dengan makna tersendiri oleh masyarakat setempat..
pada dasar nya nyale adalah cacing laut sejenis anelidah ( hewan tak bertulang belakang )

dari perjalan sejarah yang panjang nyale sendiri mempunyai kisah yang sangat romantis
bahwa pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru
nama raja yang memimpin saat itu adalah Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting.
dan mempunyai seorang putri, yang bernama Putri Mandalika. putri ini lah yang ,membuat legenda tetang " bau nyale"
di mulai,putri tumbuh dengan sangat cepat menjadi wanita yang angun sehingga paras nya yang cantik mampu mengentar kan
hati pangeran-pangeran tampan dari kerajaan lombok saat itu yaitu ( Johor, Lipur, Pane, Kuripan dan Daha,)
tapi putri mandalika menolak lamaran yang datang dari setiap kerajaan sekitar pulau lombok saat itu,
beberapa dari pangeran tidak bisa menerima itu semua maka mereka langsung memberikan ultimatum untuk
kerajaan " beru ",kalaw putri mandalika tidak mau menikah maka kerajaan beru akan di bumi hanggus kan dari atas bumi lombok,
akhirnya sang putri yang binggung memutuskan untuk mendatangkan semua pangeran beserta rakyat dari kerajaan masing-masing,
pada tanggal 20 bulan 10 ( bulan Sasak ) sebelum adzan subuh.
diluar dugaan sang putri seluruh pangeran-dari keenam kerajaan datang beserta rakyat dari masing-masing kerajaan,
Sang putri akhir nya datang dengan gaun yang indah wajah dan senyum yang indah
kemudian sang putri berdiri diatas batu dengan posisi memblakangi laut, para pangeran pun sudah tidak bisa bersabar menunggu
kata-kata dari sang putri " Wahai ayahanda dan ibunda "
Untuk para pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai.
hari ini akau akan memutuskan siapa yang akan aku pilih tetapi aku
tidak dapat memilih satu diantara pangeran, karna aku di takdir kan menjadi " nyale " cacing
yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut.”
rakyat dan para pangeran pun binggung mengartikan apa isi kata dari putri mandalika..
tanpa banyak kata lagi putri mandalka langsung melompat ke laut dan di telan oleh ombok yang besar..
seiring dengan menghilangnya putri mandalika seiring muncul nya " Nyale" cacing laut dari lokasi tempat putri mandalika melompat...
maka rakyat berbondong-bondong masuk ke laut untuk menang kap nyale hingga saat ini.....

bagi para wisata wan yang pengen ber wisata untuk menyak sikan upacar "nyale" datang pada waktu yang tepat karna upacara "nyale" hanya di adakan sekali setahun...
selamt ber akhir pekan...

Pantai kuta pulau lombok

Pantai kuta lombok memiliki pesona alam yang sangat eksotis dan dan memiliki banyak kekayaan alam..patai ini mempunyai nilai sejarah yang sangat tinngi bagi masyarakat sasak karana di pantai ini masyarakta sasak sering mengadakan acara dan ritual adat setempat.

Nama pantai kuta di ambil dari nama desa yang berada di pesisir pantai kuta…
Asal muasal nama tersebut di ambil dari perjalan panjang sejarah lombok..
Bagi para wisatawan yang ingginber wisata ke lombk jangan lupa mengunjungi tempat ini.karan di panati kuta juga sering gelar budaya bau nyale” atau menagkap cacing laut,
Ini bukan hanya budaya biasa tapi mempunyai cerita Putri cantik kerjaan lombok yang bernama Mandalika,karma begitu banyak-nya pinangan dari berbagai kerajaan besar saat itu sehingga membuat putri mandalika binggung harus memilih yang mana,
Akhir nya dia memutus kan untuk menyelam ke dasar laut…
Konon katanya cacing nyale terbuat dari rambut putri mandalika. Sehingga masyarakat setempat mengadakan acara “bau nyale” sekali setahun..karna putrid mandalika berjanji akan kembali sekali setahun ke rumah nya.
Nah bagi para wisatawan yang tertarik mengunjungi tempat tersebut terletak
di pantai Selatan pulau Lombok dan Dikelilingi oleh deretan perbukitan.
Di pagi hari pemandangan yang menakjubkan dapat dilihat dari puncak perbukitan, di sepanang pantai selatan juga masih terdapat banyak kawasan pantai yang indah…

Gili Meno LOMBOK

Gili Meno adalah salah satu dari tiga pulau kecil yang terletak di kawasan pari wisata diantara gili trawangan dan gili air..lperjalan dari mataram sekitar 1 jam
perjalanan yang melewatu kawasan sengigi dan para wisatawan juga dapat memandang
pemandangan pantai sengigi yang menakjubkan kita juga akan melewati kawasan wisata hutan monyet pusuk yang sangat lebat

di hutan pusuk terdapat taman burung yang mempunyai koleksi burung-burung langka dari indonesia dan mancanegara. Pasirnya putih melentang di sepanjang pantai yang masih alami tempat ini juga sangat cocok untuk berakhir pekan.

Pantai Senggigi Lombok

Pantai Senggigi adalah tempat pari- wisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisata- wan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah ditengah. Tersedia juga hotel-hotel dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai hotel yang berharga ekonomis.
Sekitar setengah jam dengan berjalan kaki, para wisata-wan dapat menjumpai Batu Bolong di pantai ini. Ini adalah sebuah pura yang dibangun di atas karang yang terletak di tepi pantai. Menurut legenda masyarakat setempat dahulu kala sering diadakan pengorbanan seorang perawan untuk dimakankan kepada ikan hiu di tempat ini. Legenda lain mengatakan dahulu banyak para wanita yang menerjunkan diri dari tempat ini ke laut karena patah hati. Dari tempat ini juga terlihat Gunung Agung di Pulau Bali.
Tidak jauh dari Batu Bolong terdapat makam seorang ulama. Ini merupakan tempat suci bagi para penganut Wetu Telu.
Pantai Senggigi, yang terletak di sebelah utara Bangsal, merupakan pantai yang paling populer dan sudah terkenal akan keindahannya. Pantai yang terletak 12 kilometer dari sebelah barat laut Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Lombok ini, terbentang hampir sepanjang 10 km dengan hamparan pasir putih yang seolah menggoda Anda untuk duduk diatasnya dan untuk sejenak melupakan segala rutinitas hidup Anda, kepadatan lalu lintas kota, dan menghirup udara segar dengan menikmati pemandangan air laut yang berwarna biru gradasi hijau serta menikmati indahnya matahari terbenam di pantai Senggigi.


TANAH LOT BALI

Perjalanan diawali dengan mengunjungi Pura Taman Ayun, Pura peninggalan masa kejayaan Raja Mengwi. Pura ini dibangun dengan konsep Tri Mandala (3 halaman) dan dikelilingi dengan kolam indah yang menggambarkan sebuah kerajaan dengan perlindungan bentengnya. Di halaman utama terdapat beberapa Meru (tempat pemujaan yang atapnya bertingkat ganjil) untuk memuja para Dewa yang bersemayam di setiap Gunung di Bali seperti G. Agung, G. Batur, G. Batukaru dan lain-lain. Dilanjutkan dengan mengunjungi Alas Kedaton, hutan kecil dengan sebuah Pura suci yang dijaga oleh puluhan kera dan kalong (kelelawar raksasa). Wisata berakhir di Tanah Lot, kawasan pantai selatan yang terkenal dengan keunikan pura ditengah laut (Pura Tanah Lot) dan keindahan sunsetnya. Pura Tanah Lot adalah tempat pemujaan kehadapan Sang Hyang Baruna (manifestasi Tuhan sebagai Dewa laut). Makan malam disajikan di Dewi Sintha restaurant.

BESAKIH BALI

Obyek pertama yang dikunjungi dalam Wisatakali ini adalah Kertha Gosa, balai peradilan peninggalan kerajaan Klungkung. Salah satu plafon dari bangunannya dihiasi dengan lukisan tradisional Kamasan yang menceritakan tentang berbagai jenis hukuman di dunia akhirat yang harus diterima oleh roh-roh yang semasa hidupnya berbuat dosa. Selanjutnya beranjak menuju Besakih untuk mengunjungi Pura terbesar di Bali yang terletak di kaki Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali. Konsep pemujaan di Pura ini terdiri dari 2 jenis yaitu pemujaan terhadap arwah leluhur yang disucikan (Pitara) dilakukan di masing-masing Pura Pedarman, dan pemujaan kepada Sang Penguasa Tunggal dalam 3 manifestasi-Nya sebagai penguasa alam roh, alam manusia, dan alam Dewa, dilakukan di Pura Penataran Agung. Makan siang disajikan di Puri Boga sambil menikmati keindahan panorama Bukit Jambul, perbukitan dengan bentuk yang unik di kaki Gunung Agung. wisata dilanjutkan dengan kunjungan ke Pura Goa Lawah, Pura goa yang dijaga oleh ribuan kelelawar yang bergelantungan didinding mulut goa. Pura ini merupakan salah satu pura terpenting di Bali, karena erat hubungannya dengan upacara pensucian arwah leluhur atau lebih dikenal dengan sebutan upacara Nyegara Gunung. Kemudian diteruskan dengan menyaksikan kehidupan nelayan tradisional dan rutinitas mereka dalam membuat garam dapur di pesisir pantai Kusamba.

UBUD BALI

mengunjungi rumah tradisional Bali di Desa Batuan. Di tempat ini diperlihatkan arsitektur rumah Bali yang terbagi menjadi 5 bangunan antara lain, Balai Daja, Balai Dangin, Balai Dauh, Pawon, dan Sanggah / Pemerajan. Juga diperlihatkan aktivitas keseharian orang Bali seperti beternak, membuat sesajen dan lain sebagainya. Selanjutnya perjalanan diteruskan menuju Monkey Forest untuk menyaksikan kehidupan kera penjaga Pura Dalem (Pura Kuburan) disebuah hutan kecil di Central Ubud. Beranjak menuju Bali Classic Center (Bali Mini) , obyek wisata yang menyuguhkan keanekaragaman budaya dan adat-istiadat di Bali. Ditempat ini kita dapat mengetahui berbagai macam aktivitas budaya seperti Ngaben, pembuatan Ogoh-ogoh, tari-tarian Bali, dan lain-lain. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Toya bungkah Kintamani untuk melepaskan lelah di kolam pemandian air hangat yang bertempat di tepi Danau Batur. Kolam ditempat ini bersumber dari air hangat alami yang sangat baik untuk kesehatan karena mengandung belerang, maka disarankan untuk membawa pakaian renang bila mengikuti tour ini. Usai berenang, langsung menikmati makan siang sambil menyaksikan keindahan panorama Danau Batur dari jarak yang cukup dekat. Usai makan siang, beranjak menuju Tegalalang untuk menyaksikan keindahan panorama persawahan tradisional yang berundak-undak. Tempat ini diberi julukan “Terrace of Paradise” oleh para wisatawan asing yang menyaksikannya. Kemudian berangkat meninggalkan Tegalalang dan singgah di Ubud Art Market, pasar seni local yang menawarkan berbagai macam souvenir dengan harga terjangkau.

GWK DAN ULUWATU BALI

Obyek pertama yang dikunjungi adalah Pantai Tanjung Benoa, pantai dengan hamparan pasir putih yang indah di belahan Bali selatan. Pantai ini berair tenang dan bersih serta sangat cocok sebagai tempat rekreasi untuk keluarga. Terdapat berbagai macam olahraga air yang ditawarkan oleh penduduk local seperti jet ski, banana boat, diving, parasailing, dan lain-lain. Tempat ini juga menyewakan boat menuju pulau Penyu, tempat penangkaran dan pemeliharaan penyu terbesar di Bali. Kemudian tour dilanjutkan menuju Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, compleks wisata dimana terdapat patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda yang rencananya dipakai sebagai icon Bali di dunia international. Makan siang disajikan di Kafu-kafu restaurant. Usai makan siang, beranjak menuju Pura Uluwatu, Pura suci peninggalan Dang Hyang Nirartha dalam misinya menyebarkan agama Hindu di Bali. Dang Hyang Nirartha adalah seorang pendeta suci yang datang ke Bali pada abad ke 16, dan ditempat inilah beliau mengakhiri perjalanannya serta menuju nirwana tanpa meninggalkan jasadnya di dunia. Pura ini dijaga oleh puluhan kera yang konon merupakan pengikut setia Sang Pendeta. Setelah itu tour dilanjutkan menuju Joger, sebuah tempat shopping yang terkenal dengan berbagai souvenir dengan hiasan kata-kata yang unik.

BARONG DAN KINTAMANI BALI

Menonton pertunjukan tari Barong, pragmen tari yang diangkat dari ephos Mahabrata dan menceritakan tentang 2 sisi kehidupan (baik dan buruk) yang akan selalu ada dan berimbang. Singgah di Galuh sebagai pusat batik dan souvenir Bali, dilanjutkan dengan Celuk sebagai pusat kerajinan perak. Mengunjungi obyek wisata Goa Gajah peninggalan agama Hindu dan Budha pada abad ke-11. Obyek ini adalah pura dengan situs-situs purbakala berupa sebuah goa tempat pertapaan, patung-patung dewa, kolam pemandian, dan reruntuhan candi peninggalan Hindhu & Budha. Disebut Goa Gajah karena didalam goa tersebut terdapat patung Dewa Ganesha, salah satu manifestasi Tuhan dalam wujud manusia berkepala gajah. Selanjutnya langsung beranjak menuju Kintamani untuk menyaksikan pemandangan Gunung dan Danau Batur yang begitu indah. Makan siang di Grand Puncak Sari Kintamani restaurant dengan latar belakang Danau dan Gunung Batur. Perjalanan dilanjutkan menuju Pura Tirtha Empul Tampaksiring, Pura yang menceritakan tentang kemenangan bala tentara Dewata yang dipimpin oleh Dewa Indra (manifestasi Tuhan sebagai Dewa Perang) melawan Raksasa Maya Denawa. Disini terdapat beberapa mata air suci yang konon diciptakan oleh Dewa Indra untuk mengobati bala tentara-Nya yang keracunan akibat ulah sang raksasa. Selanjutnya singgah di Sukawati, pasar lokal yang menyediakan barang-barang kerajinan dengan harga murah.

BEDUGUL DAN TANAH LOT BALI

mengunjungi Pura Taman Ayun, Pura peninggalan masa kejayaan Raja Mengwi. Pura ini dibangun dengan konsep Tri Mandala (3 halaman) dan dikelilingi dengan kolam indah yang menggambarkan sebuah kerajaan dengan perlindungan bentengnya. Di halaman utama terdapat beberapa Meru (tempat pemujaan yang atapnya bertingkat ganjil) untuk memuja para Dewa yang bersemayam di setiap Gunung di Bali seperti G. Agung, G. Batur, G. Batukaru dan lain-lain. Dilanjutkan dengan obyek wisata Bedugul untuk melihat keindahan Danau Beratan dan Pura Ulundanu. Pura Ulundanu adalah Pura pemujaan kepada Dewi Danu (Dewi Kesuburan) sebagai sumber pengairan sawah para petani di Bali. Makan siang disajikan di Mentari restaurant Bedugul. Selanjutnya beranjak menuju Alas Kedaton, hutan kecil dengan sebuah Pura suci yang dijaga oleh puluhan kera dan kalong (kelelawar raksasa). Setelah itu dilanjutkan dengan mengunjungi Tanah Lot, kawasan pantai selatan yang terkenal dengan keunikan pura ditengah laut (Pura Tanah Lot) dan keindahan sunsetnya. Pura Tanah Lot adalah tempat pemujaan kehadapan Sang Hyang Baruna (manifestasi Tuhan sebagai Dewa laut).

CANDI GEBANG JOGJA

Candi Gebang pertama kali ditemukan oleh penduduk setempat pada bulan November 1936, berupa sebuah Arca Ganesha. Atas dasar laporan tersebut, maka Dinas Purbakala mengadakan penelitian, yang ternyata Arca Ganesha tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu bagian dari sebuah bangunan. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, maka diadakan penggalian di sekitar temuan Arca Ganesha tersebut. Hasil yang dicapai adalah temuan berupa reruntuhan bangunan yang terdiri dari atap candi, sebagian kecil bagian tubuh dan sebagian kecil kaki yang masih utuh.
Dari hasil penggalian, kemudian diadakan susunan percobaan sehingga diperoleh bentuk konstruksi bangunan yang sebenarnya. Dengan adanya gambaran dari hasil susunan percobaan ini, maka penyusunan kembali dapat dilaksanakan meskipun bagian tubuh bangunan banyak menggunakan batu pengganti. Pemugaran Candi Gebang dilaksanakan pada tahun 1937 sampai tahun 1939 yang dipimpin oleh Prof. DR. Ir. Van Romondt.
Deskripsi Bangunan Candi Gebang
Bangunan Candi Gebang berdenah bujur sangkar dengan ukuran 5,25 x 5,25 m dan tinggi 7,75 m. Bagian kaki mempunyai proporsi yang tinggi dan tanpa relief/polos. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk, atau kemungkinan tangga masuknya terbuat dari kayu atau bahan lain yang mudah rusak sehingga sampai sekarang tidak ditemukan kembali. Hal ini merupakan keistimewaan candi ini, dan keistimewaan yang lain adalah pada titik pusat candi bertepatan dengan titik pusat halaman candi.

Di dalam tubuh candi terdapat satu bilik dengan arah hadap ke timur yang didalamnya terdapat Yoni. Di kanan kiri pintu masuk terdapat relung dengan Arca Nandiswara, sedangkan relung yang berisi Mahakala arcanya tidak ada WOW..ada pa ya? Relung di sisi utara dan selatan dalam keadaan kosong. Di sebelah barat terdapat relung yang diisi dengan Arca Ganesha yang duduk di atas sebuah Yoni dengan cerat yang menghadap ke utara. Sedangkan pada bagian puncak terdapat Lingga yang berada di atas bantalan seroja. Bentuk Lingga hanya bagian atas, yaitu berupa bentuk silinder. Di dalam atap juga terdapat sebuah ruangan kecil yang berbentuk rongga di atas bilik candi sebenarnya. Di halaman ditemukan Lingga semu (patok) yang berada di keempat sudutnya.

Latar Belakang Sejarah Candi Gebang

Latar belakang sejarah berdirinya Candi Gebang belum diketahui secara pasti. Akan tetapi yang jelas Candi Gebang bersifat hinduistis. Hal ini dapat diketahui dengan adanya Lingga, Yoni, dan Arca Ganesha. Di samping itu, berdasarkan atas bentuk kaki candi yang mempunyai proporsi tinggi ini, menunjukkan bahwa Candi Gebang berasal dari periode tua (± 730 - 800 M). Sedangkan menurut Van Romondt, Candi Gebang berdiri pada masa awal "Jawa Tengah".

CANDI MENDUT JOGJA

Candi Mendut terletak 3 km ke arah timur dari Candi Borobudur, merupakan candi Budha yang dibangun tahun 824 Masehi oleh Raja Indera dari wangsa Syailendra. Di dalam Candi Mendut terdapat 3 (tiga) patung besar.

- Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
- Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya, Vajrapani. Ia sedang memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas telapak tangan.
- Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan.


Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan dikunjungi para peziarah dari Indonesia maupun manca negara.

Candi ini lebih tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya.

CANDI IJO JOGJ


Menyusuri jalan menuju bagian selatan kompleks Istana Ratu Boko adalah sebuah perjalanan yang mengasyikkan, terutama bagi penikmat wisata budaya. Bagaimana tidak, bangunan candi di sana bertebaran bak cendawan di musim hujan. Satu diantaranya yang belum banyak menjadi perbincangan adalah Candi Ijo, sebuah candi yang letaknya paling tinggi di antara candi-candi lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Candi Ijo dibangun sekitar abad ke-9, di sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Hijau atau Gumuk Ijo yang ketinggiannya sekitar 410 m di atas permukaan laut. Karena ketinggiannya, maka bukan saja bangunan candi yang bisa dinikmati tetapi juga pemandangan alam di bawahnya berupa teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam. Meski bukan daerah yang subur, pemandangan alam di sekitar candi sangat indah untuk dinikmati.

Kompleks candi terdiri dari 17 struktur bangunan yang terbagi dalam 11 teras berundak. Teras pertama sekaligus halaman menuju pintu masuk merupakan teras berundak yang membujur dari barat ke timur. Bangunan pada teras ke-11 berupa pagar keliling, delapan buah lingga patok, empat bangunan yaitu candi utama, dan tiga candi perwara. Peletakan bangunan pada tiap teras didasarkan atas kesakralannya. Bangunan pada teras tertinggi adalah yang paling sakral.

Ragam bentuk seni rupa dijumpai sejak pintu masuk bangunan yang tergolong candi Hindu ini. Tepat di atas pintu masuk terdapat kala makara dengan motif kepala ganda dan beberapa atributnya. Motif kepala ganda dan atributnya yang juga bisa dijumpai pada candi Buddha menunjukkan bahwa candi itu adalah bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Buddha. Beberapa candi yang memiliki motif kala makara serupa antara lain Ngawen, Plaosan dan Sari.

Ada pula arca yang menggambarkan sosok perempuan dan laki-laki yang melayang dan mengarah pada sisi tertentu. Sosok tersebut dapat mempunyai beberapa makna. Pertama, sebagai suwuk untuk mngusir roh jahat dan kedua sebagai lambang persatuan Dewa Siwa dan Dewi Uma. Persatuan tersebut dimaknai sebagai awal terciptanya alam semesta. Berbeda dengan arca di Candi Prambanan, corak naturalis pada arca di Candi Ijo tidak mengarah pada erotisme.

Menuju bangunan candi perwara di teras ke-11, terdapat sebuah tempat seperti bak tempat api pengorbanan (homa). Tepat di bagian atas tembok belakang bak tersebut terdapat lubang-lubang udara atau ventilasi berbentuk jajaran genjang dan segitiga. Adanya tempat api pengorbanan merupakan cermin masyarakat Hindu yang memuja Brahma. Tiga candi perwara menunjukkan penghormatan masyarakat pada Hindu Trimurti, yaitu Brahma, Siwa, dan Whisnu.

Salah satu karya yang menyimpan misteri adalah dua buah prasasti yang terletak di bangunan candi pada teras ke-9. Salah satu prasasti yang diberi kode F bertuliskan Guywan atau Bluyutan berarti pertapaan. Prasasti lain yang terbuat dari batu berukuran tinggi 14 cm dan tebal 9 cm memuat mantra-mantra yang diperkirakan berupa kutukan. Mantra tersebut ditulis sebanyak 16 kali dan diantaranya yang terbaca adalah "Om Sarwwawinasa, Sarwwawinasa." Bisa jadi, kedua prasasti tersebut erat dengan terjadinya peristiwa tertentu di Jawa saat itu. Apakah peristiwanya? Hingga kini belum terkuak.

Mengunjungi candi ini, anda bisa menjumpai pemandangan indah yang tak akan bisa dijumpai di candi lain. Bila menghadap ke arah barat dan memandang ke bawah, anda bisa melihat pesawat take off dan landing di Bandara Adisutjipto. Pemandangan itu bisa dijumpai karena Pegunungan Seribu tempat berdiri candi ini menjadi batas bagian timur bandara. Karena keberadaan candi di pegunungan itu pula, landasan Bandara Adisutjipto tak bisa diperpanjang ke arah timur.

Setiap detail candi menyuguhkan sesuatu yang bermakna dan mengajak penikmatnya untuk berefleksi sehingga perjalanan wisata tak sekedar ajang bersenang-senang. Adanya banyak karya seni rupa hebat tanpa disertai nama pembuatnya menunjukkan pandangan masyarakat Jawa saat itu yang lebih menitikberatkan pada pesan moral yang dibawa oleh suatu karya seni, bukan si pembuat atau kemegahan karya seninya.

CANDI PLOASAN JOGJA

Mas atau mbak tak perlu terburu-buru kembali ke penginapan usai berkunjung ke Candi Prambanan, sebab tidak jauh dari candi Hindu tercantik di dunia itu anda juga akan menemui candi-candi lain yang sama menariknya. Melaju ke utara sejauh 1 km, anda akan menemui Candi Plaosan, sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Terletak di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan, arsitektur candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha.

Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar.
Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.

Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai.

Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.

Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.

Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).

Jika melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati sisi tengah bangunan bersejarah ini

CANDI PAWON

Candi Pawon terletak 1,5 km ke arah barat dari Candi Mendut dan ke arah timur dari Candi Borobudur, juga merupakan sebuah candi Budha. Saat diteliti secara lengkap pada reliefnya, ternyata merupakan permulaan relief Candi Borobudur.

Banyak orang mengira Candi Pawon merupakan sebuah makam, namun setelah diteliti ternyata merupakan tempat untuk menyimpan senjata Raja Indera yang bernama Vajranala. Candi ini terbuat dari batu gunung berapi. Ditinjau dari seni bangunannya merupakan gabungan seni bangunan Hindu Jawa kuno dan India. Candi Pawon terletak tepat di sumbu garis yang menghubungkan Candi Borobudur dan Candi Mendut.

Kemungkinan candi ini dibangun untuk kubera. Candi ini berada di atas teras dan tangga yang agak lebar. Semua bagian-bagiannya dihiasi dengan stupa (dagoba) dan dinding-dinding luarnya dengan gambar-gambar simbolis.

tanpa gambar kalaw di positng

CANDI TARA JOGJA

Banyak orang selalu menyebut Borobudur saat membicarakan bangunan candi Budha. Padahal, ada banyak candi bercorak Budha yang terdapat di Yogyakarta, salah satu yang berkaitan erat dengan Borobudur adalah Candi Tara. Candi yang terletak di Kalibening, Kalasan ini dibangun oleh konseptor yang sama dengan Borobudur, yaitu Rakai Panangkaran. Karena letaknya di daerah Kalasan, maka candi ini lebih dikenal dengan nama Candi Kalasan.

Selesai dibangun pada tahun 778 M, Candi Tara menjadi candi Budha tertua di Yogyakarta. Candi yang berdiri tak jauh dari Jalan Yogya Solo ini dibangun sebagai penghargaan atas perkawinan Pancapana dari Dinasti Sanjaya dengan Dyah Pramudya Wardhani dari Dinasti Syailendra. Selain sebagai hadiah perkawinan, candi itu juga merupakan tanggapan usulan para raja untuk membangun satu lagi bangunan suci bagi Dewi Tara dan biara bagi para pendeta.

Candi Tara adalah bangunan berbentuk dasar bujur sangkar dengan setiap sisi berukuran 45 meter dan tinggi 34 meter. Bangunan candi secara vertikal terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Bagian kaki candi adalah sebuah bangunan yang berdiri di alas batu berbentuk bujur sangkar dan sebuah batu lebar. Pada bagian itu terdapat tangga dengan hiasan makara di ujungnya. Sementara, di sekeliling kaki candi terdapat hiasan sulur-suluran yang keluar dari sebuah pot.

Tubuh candi memiliki penampilan yang menjorok keluar di sisi tengahnya. Di bagian permukaan luar tubuh candi terdapat relung yang dihiasi sosok dewa yang memegang bunga teratai dengan posisi berdiri. Bagian tenggaranya memiliki sebuah bilik yang di dalamnya terdapat singgasana bersandaran yang dihiasi motif singa yang berdiri di atas punggung gajah. Bilik tersebut dapat dimasuki dari bilik penampil yang terdapat di sisi timur.

Bagian atap candi berbentuk segi delapan dan terdiri dari dua tingkat. Sebuah arca yang melukiskan manusia Budha terdapat pada tingkat pertama sementara pada tingkat kedua terdapat arca yang melukiskan Yani Budha. Bagian puncak candi berupa bujur sangkar yang melambangkan Kemuncak Semeru dengan hiasan stupa-stupa. Pada bagian perbatasan tubuh candi dengan atap candi terdapat hiasan bunga makhluk khayangan berbadan kerdil disebut Gana.

Bila anda mencermati detail candi, anda juga akan menjumpai relief-relief cantik pada permukaannya. Misalnya relief pohon dewata dan awan beserta penghuni khayangan yang tengah memainkan bunyi-bunyian. Para penghuni khayangan itu membawa rebab, kerang dan camara. Ada pula gambaran kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Relief di Candi Tara memiliki kekhasan karena dilapisi dengan semen kuno yang disebut Brajalepha, terbuat dari getah pohon tertentu.

Di sekeliling candi terdapat stupa-stupa dengan tinggi sekitar 4,6 m berjumlah 52 buah. Meski stupa-stupa itu tak lagi utuh karena bagiannya sudah tak mungkin dirangkai utuh, anda masih bisa menikmatinya. Mengunjungi candi yang sejarah berdirinya diketahui berdasarkan Prasasti Candi yang berhuruf Panagari ini, anda akan semakin mengakui kehebatan Rakai Panangkaran yang bahkan sempat membangun bangunan suci di Thailand.

Candi ini juga menjadi bukti bahwa pada masa lalu telah ada upaya untuk merukunkan pemeluk agama satu dengan yang lain. Terbukti, Panangkaran yang beragama Hindu membangun Candi Tara atas usulan para pendeta Budha dan dipersembahkan bagi Pancapana yang juga beragama Budha. Candi ini pulalah yang menjadi salah satu bangunan suci yang menginspirasi Atisha, seorang Budhis asal India yang pernah mengunjungi Borobudur dan menyebarkan Budha ke Tibet.

PRAMBANAN JOGJA

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga "istri Siwa", Agastya "guru Siwa", dan Ganesha "putra Siwa". Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu yang berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna "kakak Garuda yang terlahir dengan cacat karna mencuri Tirta Amerta "air suci para dewa".

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup. Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning bahsa latin nya Cacatua sulphurea yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

CANDI SAMBISARI JOGJA

Tak ada perasaan aneh yang menghinggapi Karyowinangun pada sebuah pagi di tahun 1966. Tapi sebuah kejadian langka dialaminya di sawah kala itu, ketika sedang mengayunkan cangkulnya ke tanah. Cangkul yang diayunkan ke tanah membentur sebuah batu besar yang setelah dilihat memiliki pahatan pada permukaannya. Karyowinangun dan warga sekitar pun merasa heran dengan keberadaan bongkahan batu itu.

Dinas kepurbakalaan yang mengetahui adanya temuan itu pun segera datang dan selanjutnya menetapkan areal sawah Karyowinangun sebagai suaka purbakala. Batu berpahat yang ditemukan itu diduga merupakan bagian dari candi yang mungkin terkubur di bawah areal sawah. Penggalian akhirnya dilakukan hingga menemukan ratusan bongkahan batu lain beserta arca-arca kuno. Dan benar, batu-batu itu memang merupakan komponen sebuah candi.

Selang 21 tahun sesudahnya, keindahan candi akhirnya bisa dinikmati. Bangunan candi yang dinamai Sambisari itu berdiri megah di Dusun Sambisari, Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, 10 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Anda bisa menjangkau dengan berkendara melewati lintas jalan Yogya-Solo hingga menemukan papan penunjuk menuju candi ini. Selanjutnya, anda tinggal berbelok ke kiri mengikuti alur jalan

berapa pakar sejarah perpen dapat Candi Sambisari berada 6,5 meter lebih rendah dari wilayah sekitarnya.

Candi Sambisari diperkirakan dibangun antara tahun 812 - 838 M, kemungkinan pada masa pemerintahan Rakai Garung. Kompleks candi terdiri dari 1 buah candi induk dan 3 buah candi pendamping. Terdapat 2 pagar yang mengelilingi kompleks candi, satu pagar telah dipugar sempurna, sementara satu pagar lainnya hanya ditampakkan sedikit di sebelah timur candi. Masih sebagai pembatas, terdapat 8 buah lingga patok yang tersebar di setiap arah mata angin.

Bangunan candi induk cukup unik karena tidak mempunyai alas seperti candi di Jawa lainnya. Kaki candi sekaligus berfungsi sebagai alas sehingga sejajar dengan tanah. Bagian kaki candi dibiarkan polos, tanpa relief atau hiasan apapun. Beragam hiasan yang umumnya berupa simbar baru dijumpai pada bagian tubuh hingga puncak candi bagian luar. Hiasan itu sekilas seperti motif-motif batik.

Menaiki tangga pintu masuk candi induk, anda bisa menjumpai hiasan berupa seekor singa yang berada dalam mulut makara (hewan ajaib dalam mitologi Hindu) yang menganga. Figur makara di Sambisari dan merupakan evolusi dari bentuk makara di India yang bisa berupa perpaduan gajah dengan ikan atau buaya dengan ekor yang membengkok.

Selasar selebar 1 meter akan dijumpai setelah melewati anak tangga terakhir pintu masuk candi induk. Mengelilinginya, anda akan menjumpai 3 relung yang masing-masing berisi sebuah arca. Di sisi utara, terdapat arca Dewi Durga (isteri Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata. Sementara di sisi timur terdapat Arca Ganesha (anak Dewi Durga). Di sisi selatan, terdapat arca Agastya dengan aksamala (tasbih) yang dikalungkan di lehernya.

Memasuki bilik utama candi induk, bisa dilihat lingga dan yoni berukuran cukup besar, kira-kira 1,5 meter. Keberadaannya menunjukkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa. Lingga dan yoni di bilik candi induk ini juga dipakai untuk membuat air suci. Biasanya, air diguyurkan pada lingga dan dibiarkan mengalir melewati parit kecil pada yoni, kemudian ditampung dalam sebuah wadah.

Keluar dari candi induk dan menuju ke barat, anda bisa melihat ketiga candi perwara (pendamping) yang menghadap ke arah berlawanan. Ada dugaan bahwa candi perwara ini sengaja dibangun tanpa atap sebab ketika penggalian tak ditemukan batu-batu bagian atap. Bagian dalam candi perwara tengah memiliki lapik bujur sangkar yang berhias naga dan padmasana (bunga teratai) berbentuk bulat cembung di atasnya. Kemungkinan, padmasana dan lapik dipakai sebagai tempat arca atau sesajen.

Bila telah puas menikmati keindahan candi, anda bisa menuju ke ruang informasi. Beberapa foto yang menggambarkan lingkungan sawah Karyowinangun sebelum digali dan kondisi awal candi ketika ditemukan bisa ditemui. Ada pula foto-foto tentang proses penggalian dan rekonstruksi candi yang berjalan puluhan tahun, termasuk foto benda-benda lain yang ditemukan selama penggalian, berupa arca dari perunggu yang kini disimpan di Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala.

Keindahan Candi Sambisari yang kini bisa kita nikmati merupakan hasil kerja keras para arkeolog selama 21 tahun. Candi yang semula mirip pussel raksasa, sepotong demi sepotong disusun kembali demi lestarinya satu lagi warisan kebudayaan agung di masa silam.

BOKO SUNRISE JOGJA

bagi teman yang hobi ngeliat matahari terbit..
kesini aja....
simak ya....
:)

Telah banyak orang mengunjungi Istana Ratu Boko yang semula bernama Abhayagiri Vihara, sebuah istana yang berdasarkan artinya berada di bukit penuh kedamaian. Namun, sedikit saja yang pernah merasakan kenikmatan berjalan dari lokasi istana ini dan trekking menyusuri bukit Boko pada dini hari dan menyaksikan fajar menyingsing di ufuk timur.saya mengajak anda menikmatinya untuk merayakan datangnya fajar baru di awal tahun.

Untuk menikmatinya, anda bisa mendaftar sebagai peserta Boko Trekking di Taman Wisata Candi. Sekali mendaftar, anda mendapatkan paket wisata berupa keliling Istana Ratu Boko, menikmati pemandangan senja di Plasa Andrawina (salah satu bangsal istana), bermalam dalam tenda dan trekking menyusuri bukit Boko melihat pemandangan matahari terbit serta melihat candi-candi di kompleks Ratu Boko. Tentu sebuah paket wisata menyenangkan di akhir tahun.

Perjalanan paling menarik, yaitu trekking untuk kemudian menikmati pemandangan matahari terbit, biasanya dimulai sekitar pukul 3 dini hari. Waktu yang sangat tepat untuk memulai perjalanan melihat fajar di awal tahun karena pasti di jam-jam sebelumnya anda akan lebih disibukkan dengan ritual meniup terompet sebagai pertanda tahun baru telah tiba. Pastikan kondisi fisik anda cukup mampu untuk berjalan setelah begadang semalam.

Medan menuju Bukit Tugel, tempat anda akan menikmati salah satu fajar terindah, sebenarnya tidak begitu sulit sehingga anda tak perlu merasa khawatir. Di samping itu, pihak penyelenggara tour telah menyediakan pemandu sehingga akan memudahkan petualangan anda yang baru pertama mendaki bukit. Namun demikian, beberapa peralatan pribadi seperti baju lapangan, helm, sepatu gunung, senter dan obat-obatan tetap perlu disiapkan.

Selama perjalanan menuju Bukit Tugel, anda memang kurang dapat melihat panorama alam sekitar karena hari masih gelap, namun anda dapat mendengar musik alam yang syahdu. Jika peka, anda bahkan dapat mengetahui saat musik alam itu mulai berganti menjelang pagi tiba, suara serangga tanah dan burung malam yang semula mendominasi digantikan oleh kok ayam, suara burung gereja dan sedikit keramaian yang ditimbulkan oleh aktivitas warga sekitar.

Perjalanan menuju Bukit Tugel melelahkan akan berakhir saat menjelang fajar sehingga anda dapat beristirahat sejenak untuk menunggu sang mentari menampakkan diri. Sambil duduk, menikmati kopi atau teh hangat yang dibawa dari tenda dan bercakap dengan teman tentu akan menyenangkan. Berbicara tentang rencana satu tahun ke depan dalam hidup masing-masing dan membuka diri terhadap masukan tentu menjadi sangat berarti.

Panorama langit mengagumkan akan tampak saat menunggu fajar tiba. Warna hitam malam akan tergantikan dengan gradasi warna kuning ke merah. Semakin lama, warna kuning akan semakin dominan menandakan matahari sudah mulai tinggi. Bila matahari telah benar-benar menghiasi pagi, maka warna langit yang semula hitam akan berganti biru dengan dihiasi awan berwarna putih. Bila anda membawa kamera, tentu menyenangkan bisa merekam setiap perubahan itu.

Begitu matahari telah terlihat bulat di ujung timur, barulah anda bisa menyaksikan pemandangan alam sekitar Bukit Tugel yang tak kalah mengagumkan. Menatap ke arah utara, anda bisa melihat Gunung Merapi yang berdiri kokoh di utara dengan bentukan serupa asap putih dari puncak gunungnya. Masih di arah utara, anda juga bisa melihat kegagahan Candi Prambanan yang menjadi candi Hindu tercantik.

Di arah lain, anda bisa melihat pemandangan kota Yogyakarta, persawahan dan pedusunan di sekitar bukit itu, beberapa candi yang terletak lebih di bawah, dan pemandangan menarik lainnya. Anda juga dibebaskan untuk menelusuri setiap sudut di Bukit Tugel itu.

BORABUDUR JOGJA

Siapa tak kenal Candi Borobudur? Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Jutaan orang mendamba untuk mengunjungi bangunan yang termasuk dalam World Wonder Heritages ini. Tak mengherankan, sebab secara arsitektural maupun fungsinya sebagai tempat ibadah, Borobudur memang memikat hati.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun 26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.




Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu. Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang disebut Arupadhatu, melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, yaitu Ramayana. Selain itu, terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Saya mengajak anda untuk mengelilingi setiap lorong-lorong sempit di Borobudur agar dapat mengerti filosofi agama Budha. Atisha, seorang budhis asal India pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.

Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut "The Lamp for the Path to Enlightenment" atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.

Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi. Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan 'Amawa' berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin Merapi.

Dengan segala kehebatan dan misteri yang ada, wajar bila banyak orang dari segala penjru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candi nya, anda juga bisa berkeliling ke desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga membuat kerajinan. Anda juga bisa pergi ke puncak watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas. Tunggu apa lagi? Tak perlu khawatir gempa 27 Mei 2006, karena Borobudur tidak terkena dampaknya sama sekali.

TEMPAT BERSANTAI DI KOTA JOGJA

Coffee Shop di Yogyakarta, dari Sekedar Nongkrong sampai Nonton Film Indie

Sedikit kafein dalam secangkir kopi memang teman yang paling tepat untuk melewatkan sore dan malam, baik dalam kesendirian ataupun keramaian. Karenanya, menikmati kopi di cafe-cafe yang ada di Yogyakarta tentu menjadi agenda wisata yang mengasyikkan. Sambil menikmatinya, anda bisa mengenal lebih dekat Yogyakarta lewat komunitas-komunitas yang nongkrong di dalamnya.

Terdapat beragam konsep cafe, mulai dari yang masih dekat dengan konsep awal hingga cafe yang telah menyesuaikan diri dengan budaya Yogyakarta kekinian. Menu kopinya pun beragam, ada menu klasik espresso hingga kopi khas Indonesia seperti Jawa, Aceh, dan Toraja. Di cafe-cafe itu, berdiam komunitas penwggerak seni, pecinta buku hingga komunitas cyber seperti bloggers dan gamers.

Anda yang gemar membaca dan berinteraksi dengan para pecinta buku bisa mengunjungi Deket Rumah Cafe yang terletak di Sagan serta Coffee Break Cafe yang berlokasi di di Jalan Kaliurang. Beragam buku dengan berbagai tema, mulai dari bacaan ringan seperti komik hingga buku yang mengusung tema filsafat bisa didapatkan di kafe itu sehingga akan memuaskan hasrat membaca anda.

Di Deket Rumah, anda bisa membaca buku-buku sastra yang dikarang oleh penulis lokal maupun manca. Ada buku karya penulis Indonesia legendaris Sutan Takdir Alisjahbana, Pramoedya Ananta Toer dan N.H Dini hingga penulis peraih Nobel Sastra seperti Milan Kundera, Nawal el Sadaawi dan Umberto Eco. Beberapa buku bahkan bisa disewa dengan persyaratan tertentu.

Jika ingin menikmati kopi sambil mengenal lebih dekat Yogyakarta lewat karya para senimannya, anda bisa mengunjungi Via-Via Cafe yang terletak di Prawirotaman, V-Art Gallery and Cafe yang ada di Jalan Solo dan Djendelo Cafe yang berlokasi di ujung utara Jalan Gejayan. Kafe-kafe itu berfungsi ganda, selain sebagai tempat menikmati kopi juga sebagai ruang pameran seni.

Beberapa pameran pernah diadakan di kafe tersebut, misalnya Pameran Lukisan Pesawat Tempur yang diadakan pada November 2006 lalu di Via-Via Cafe. Di Djendelo Cafe juga sering diadakan berbagai macam pameran lukisan, begitu juga di V-Art Galery yang sering menggelar pemutaran video yang digarap oleh seniman Yogyakarta.

Kemudahan berselancar di dunia maya dan berinteraksi dengan para anggota komunitas cyber adalah tawaran lain yang diusung Lor Kali Cafe yang terletak di dekat Jalan Gejayan dan Kedai Kopi yang ada di Selokan Mataram. Lewat fasilitas komputer yang tersambung jaringan internet ataupun fasilitas hotspot, di Kedai Kopi anda bisa berselancar di dunia maya secara gratis.

Bila lebih suka menggunakan jaringan internet untuk bermain game, anda bisa mendatangi Empire yang berada di ujung utara Jalan Gejayan. Tempat yang baru saja dibuka ini telah menjadi salah satu pusat kegiatan para gamers di Yogyakarta. Selain itu, tempat ini juga menyediakan kafe nyaman yang cocok untuk beristirahat sejenak kala lelah bermain.

Meski tak mau menjuluki dirinya coffee shop, Kinoki yang terletak di Jalan Suroto Kotabaru juga menyajikan beragam menu kopi dan suasana open space yang nyaman. Selain memanjakan anda dengan kopi, tempat yang bermotto 'bukan bioskop, bukan coffee shop' itu juga menjadi tempat berkumpul para seniman Yogyakarta yang bergerak di bidang perfilman.

Setiap hari Kinoki menyuguhkan film-film menarik, mulai yang telah memenangkan berbagai festival film hingga film-film indie yang digarap oleh sineas-sineas muda berbakat Indonesia. Selain itu, Kinoki kadang juga menjadi tempat menggelar pembacaan cerita pendek, puisi, obrolan ringan dan bahkan peragaan busana.

Umumnya, kafe-kafe di Yogyakarta buka mulai pukul 17.00 WIB, namun banyak pula yang buka dari siang hari. Kedai Kopi dan Coffe Break adalah beberapa kafe yang buka mulai siang hari, sekitar pukul 10.00 - 24.00 WIB. Sementara Kinoki dan Djendelo Cafe baru mulai buka pada pukul 17.00 dan mulai memutar film sekitar pukul 19.30 WIB.

KOTA GEDE JOGJA

Ruang publik lain yang cukup menarik untuk menikmatiMembuat Kerajinan Perak, Meneladani Karya Para Pengrajin Kota gede

Kota gede tak bisa dipungkiri lagi telah menjadi sentra kerajinan perak terbesar di Indonesia, melebihi Bali, Lombok dan Kendari. Beragam kerajinan perak yang diolah menjadi beragam bentuk lewat beragam cara dihasilkan dari tempat yang berlokasi 10 km dari pusat kota Yogyakarta. Sejak tahun 70an, kerajinan perak produksi Kota gede telah diminati wisata wan mancanegara, baik yang berbentuk perhiasan, peralatan rumah tangga ataupun aksesoris penghias.

Kini, Kota gede tak hanya menawarkan kemewahan kerajinan perak produksinya, tetapi juga kesempatan untuk mempelajari proses pembuatan peraknya. Sebuah kursus singkat yang berdurasi tiga jam hingga dalam hitungan hari menawarkan pada anda paket wisata alternatif meliputi merancang desain perhiasan perak, membuatnya dan akhirnya membawa pulang hasil buatan anda sendiri. Salah satu tempat dimana anda bisa menikmati paket wisata itu adalah di Studio 76.

Tahap awal kursus adalah perancangan desain perhiasan. Anda dibebaskan untuk memilih jenis perhiasan dan desain yang akan dibuat. Setelah desain ditentukan, proses dilanjutkan dengan pemindahan desain ke cetakan dan penempaan. Setelah ditempa, lempengan kuningan atau tembaga yang digunakan sebagai bahan dasar ditempa menggunakan timah lunak. Selanjutnya, bahan dirangkai sesuai keinginan dan dipoles dengan perak melalui penyepuhan.

Bila memiliki lebih banyak waktu, anda bisa memilih membuat perhiasan perak yang lebih indah. Untuk membuatnya, anda harus berlatih memahat lempengan bahan dasar perhiasan sebelum memolesnya. Anda juga bisa memilih membuat perhiasan yang bentuknya bagai anyaman kawat-kawat tipis berlapis perak pada bagian luarnya. Tentu, semakin indah dan detail perhiasan yang ingin dibuat, akan semakin berharga pula benda itu di mata orang lain.

Seluruh proses perancangan dan pembuatan kerajinan adalah hak anda. Selama proses pembuatan, instruktur hanya akan membimbing dan memperbaiki beberapa detail yang masih kurang bagus. Pengalaman instruktur dalam membimbing dan membuat kerajinan perak selama bertahun-tahun akan membantu anda belajar dalam waktu cepat. Ditunjang dengan keahlian instruktur berbahasa asing, tentu akan sangat memudahkan anda.

Selama waktu kursus, anda juga akan mendapat berbagai penjelasan tentang kerajinan perak dan Kota gede. Diantaranya, penjelasan tentang sejarah kerajinan perak di Kota gede dan penjelasan tentang berbagai teknik pembuatan kerajinan perak. Anda tentu juga dapat berkeliling lokasi produksi kerajinan dan menyaksikan para pengrajin sedang bekerja, disamping melihat berbagai produk yang telah siap dijual.

Bila memilih paket wisata membuat perak di Studio 76, ada beberapa pilihan waktu dan durasi sesuai keinginan anda. Bila hanya memiliki sedikit waktu saja, anda bisa memilih Short Course yang berdurasi 3 jam, namun bila memiliki banyak waktu anda bisa memilih Full Day Course yang berlangsung dari pagi hingga sore hari. Jika masih juga kurang puas, anda bisa memilih Arraged Course yang jangka waktunya menyesuaikan dengan target dan keinginan anda.

Biaya kursus berkisar antara Rp 100.000,00 hingga Rp 2.000.000,00 per orang, tergantung pada pilihan paket kursusnya. Semakin lama jangka waktu kursus, maka biaya akan semakin mahal pula. Namun tak perlu khawatir, karena proses belajar pun akan lebih detail dan perhiasan perak yang ditawarkan pun memiliki gram yang lebih tinggi. Perhiasan yang dihasilkan dari Short Course maksimal hanya 5 gram, tetapi Full Day Course mencapai 10 gram.

Untuk mengikuti kursus ini, anda harus menghubungi lebih dulu beberapa sanggar atau penyedia jasa kursus sehingga instruktur dan peralatan pembuatan perak bisa dipersiapkan. Untuk menuju Studio 76, anda bisa melaju ke arah Kota gede dan kemudian berjalan ke Jalan Purbayan. Studio tersebut menyediakan instruktur yang menguasai Bahasa Inggris dan Perancis. Nah, tertarik menghasilkan kerajinan perak buah tangan anda sendiri?t, persis di depan bangku-bangku di kawasan itu.

Santapan sate kere yang dijajakan wanita-wanita Madura pun pantas untuk dicoba. Dengan Rp 2000,00 saja, anda bisa menikmati hangatnya sate ayam dan lontong yang disajikan dalam pincuk (piring-piringan yang dibuat dari daun pisang). Bila ingin membeli souvenir, anda bisa berjalan sedikit ke utara untuk menemukan pedagang kaki lima yang menjajakan kaos, gelang, kalung dan souvenir lainnya.

Dari kawasan itu pula, anda bisa melihat dua bangunan bersejarah, selain Benteng Vredeburg sendiri. Bila menatap ke depan, anda bisa melihat Gedung Agung yang sempat digunakan sebagai istana presiden saat ibu kota dipindahkan sementara ke Yogyakarta pada tahun 1949. Sedangkan di sebelah kanan kawasan itu terdapat bangunan tua jaman Belanda yang kini dimanfaatkan sebagai kantor pos.

Nuansa serupa bisa dijumpai bila berjalan ke timur dari kawasan Benteng Vredeburg, tepatnya di wilayah Shopping. Di sana, anda bisa duduk santai menikmati suasana malam yang dihiasi lampu-lampu kota. Sementara, dari siang hingga sorenya, anda bisa menjajaki suasana pasar buku Shpping yang telah lama dikenal kelengkapannya. Di saat-saat tertentu, sebuah galeri seni yang terdapat tak jauh dari situ menjadi tempat yang tepat untuk menikmati karya seniman Yogyakarta.

BAULEVARD UGM JOGJA

Mengunjungi Yogyakarta tentu takkan lengkap bila tak menjamahi ruang-ruang publik yang selama bertahun-tahun dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul dan menjalin keakraban. Di tempat itu, anda bisa menikmati beragam aktivitas yang digelar warga kota, menikmati kesenian jalanan yang terdapat hingga menyantap beragam hidangan khas.

Salah satu tempat yang menarik dikunjungi adalah Boulevard Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terletak di bagian terdepan universitas tersebut. Selama puluhan tahun, tempat ini telah dijadikan ruang menggelar kegiatan anak muda, kesenian dan olah raga. Dari pagi hingga malam, tempat ini senantiasa berdenyut namun dengan tawaran yang berbeda. Begitu pula setiap harinya, mulai Senin hingga Minggu.

Saat petang adalah waktu yang paling tepat untuk mengunjunginya. Biasanya, banyak anak muda yang menggunakan tempat ini untuk menggelar kegiatan breakdance hingga skate. Komunitas bikers BMX dan komunitas berbagai jenis motor pun sering menggunakan tempat ini untuk berkumpul. Sambil menonton kegiatan mereka, anda bisa menikmati beragam jajanan yang ditawarkan.

Anda bisa berekreasi sambil membugarkan raga di tempat ini. Biasanya, setiap Minggu pagi Boulevard UGM dimanfaatkan untuk jogging, bersepeda santai dan bermacam olahraga lainnya. Usai rekreasi kebugaran itu, anda bisa menikmati hidangan menarik yang dijajakan, seperti Bubur Ayam, Nasi Liwet Solo, Lontong Opor dan beragam minuman.

LABUHAN ALIT JOGJA

Kira-kira Pada masa pemerintahannya, Panembahan Senopati terlibat percintaan dengan Kanjeng Ratu Kidul. Penguasa Laut Selatan itu bersedia membantu segala kesulitan Panembahan Senopati, dan Panembahan diminta untuk menyelenggarakan upacara persembahan sesaji kepada Kanjeng Ratu Kidul di pesisir selatan. Hal ini berdasarkan cerita turun-temurun serta kepercayaan masyarakat setempat.
Tingalan Jumenengan Dalem Nata

Labuhan Alit merupakan rangkaian upacara untuk memperingati Tingalan Jumenengan Dalem Nata (penobatan Sultan). Upacara yang dimulai di Pantai Parang Kusumo ini berakhir serentak di Gunung Merapi dan Gunung Lawu.

Upacara Labuhan yang dimulai oleh Panembahan Senopati merupakan wujud syukur atas kelangsungan Kerajaan Mataram, juga untuk mendoakan keselamatan pribadi Sri Sultan, Keraton Yogyakarta dan rakyat Yogyakarta.

Labuhan berasal dari kata labuh yang bermakna melarung. Labuhan Alit yang biasanya berlangsung dua kali setahun, oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB X), diubah menjadi setahun sekali, yaitu hanya pada hari penobatan Sultan. Sedangkan Labuhan Ageng dilangsungkan delapan tahun sekali.
Tempat dan Makna Yang Tersirat

Upacara Labuhan Ageng (Labuhan Besar) dilaksanakan berdasarkan tahun Dal, jadi hanya dilakukan sekali dalam satu windu. Benda-benda yang dilabuh dibagi empat bagian untuk dilabuh di Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, Gunung Lawu dan Dlepih Kahyangan. Empat lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa tempat-tempat tersebut dahulu dipakai oleh raja-raja Mataram (terutama Panembahan) untuk bertapa dan berhubungan dengan roh halus.

Sedangkan Labuhan Alit (Labuhan Kecil), berlangsung setiap tahun. Upacara ini biasanya tidak menyertakan Dlepih Kahyangan sebagai tempat Labuhan. Menurut kepercayaan, apabila tradisi ini dihentikan maka rakyat dan Kerajaan Mataram akan tertimpa murka Ratu Kidul. Pasukan jin dan makhluk halus akan diutus untuk menyebarkan penyakit juga berbagai macam musibah.

Dua tempat utama, yakni Pantai Kidul dan Gunung Merapi, sesungguhnya merupakan lambang keseimbangan harmoni antara manusia dan alam. Laut Selatan sebagai unsur air dan Gunung Merapi sebagai unsur api. Sebuah kearifan untuk menselaraskan manusia dan tempat tinggalnya.
Prosesi dan Benda Labuhan

Labuhan dimulai dengan upacara pasrah penampi (penyerahan sesaji) dari Parentah Ageng Kraton Ngayogyakarta kepada Bupati Bantul di Pendapa Kecamatan Kretek. Setelah itu, uba rampe dibawa ke Pendapa Parangkusumo untuk diwilang (diperiksa) sebelum diserahkan kepada juru kunci Parangkusumo, sekaligus didoakan. Acara doa berlangsung di Cepuri Parangkusumo. Di tengah areal Cepuri terdapat batu yang menjadi tempat pertemuan Panembahan dan Ratu Kidul

Setelah didoakan, salah satu uba rampe berisi lorodan ageman (pakaian bekas Sultan), kenaka (potongan kuku) serta rikma (potongan rambut) Sultan selama setahun, dikubur di sudut Cepuri sambil menabur bunga dan membakar dupa.

Sisa uba rampe berisi sembilan kain dengan corak dan warna khusus, uang tindih lima ratus (sebelumnya hanya seratus), minyak koyoh, ratus (dupa), serta layon sekar (sejumlah bunga yang telah layu dan kering, bekas sesaji pusaka-pusaka Kraton selama setahun), juga termasuk jajanan pasar; dibawa di atas tiga tandu melewati jalan yang dibatasi tiang-tiang di kedua sisi hingga bibir pantai.

Uba rampe kemudian dilarung. Pada saat sesaji yang dilarung ini kembali ke pantai terbawa ombak, Peserta yang hadirpun berebut isi sesaji. Saya sempat menyaksikan atraksi tersebut, menganggap hal ini adalah salah satu daya tarik dari upacara itu sendiri. Kepercayaan setempat, benda-benda tersebut dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan.

Selanjutnya para abdi dalem menuju Gunung Merapi. Sebelum labuhan, uba rampe wilujengan yang berupa sembilan tumpeng dan satu gunungan uluwetu, dikirab dari rumah Dukuh Pelemsari, menuju rumah juru kunci Merapi. Sesaji ini kemudian didoakan dan diinapkan di pendopo rumahnya.

Prosesi labuhan ini juga menampilkan fragmen tari dengan lakon Wahyaning Mongsokolo Labuhan, kesenian jathilan, uyon-uyon dan karawitan. Pada malam harinya akan diadakan tirakatan dan pagelaran wayang kulit Semar Bangun Kahyangan. Pada dini hari, sesaji diberangkatkan ke Pos II lereng selatan Merapi untuk dilabuh. Labuhan Merapi dilakukan bersamaan dengan Labuhan Gunung Lawu di Karanganyar, Jawa Tengah.

Untuk mengikuti acara Labuhan, tanggalnya bisa dilihat melalui kalender wisata yang kami update setiap tahunnya.

Jika sekali waktu menyempatkan untuk mengikuti prosesi ini, selain mendapatkan pengalaman spiritual yang menarik, kita juga akan lebih sadar bahwa eksistensi antara manusia dan alam tidaklah dapat dipisahkan. Sebuah fusi budaya dan agama yang menggetarkan jiwa.

MALIOBORO JOGJA


Malioboro Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro.

Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Malioboro yang dalam bahasa sansekerta berarti "karangan bunga" menjadi dasar penamaan jalan tersebut.

Diapit pertokoan, perkantoran, rumah makan, hotel berbintang dan bangunan bersejarah, jalan yang dulunya sempat menjadi basis perjuangan saat agresi militer Belanda ke-2 pada tahun 1948 juga pernah menjadi lahan pengembaraan para seniman yang tergabung dalam komunitas Persada Studi Klub (PSK) pimpinan seniman Umbul Landu Paranggi semenjak tahun 1970-an hingga sekitar tahun 1990.
Surga Cinderamata

Menikmati pengalaman berbelanja, berburu cinderamata khas Jogja, wisata wan bisa berjalan kaki sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Di sini akan ditemui banyak pedagang kaki lima yang menggelar dagangannya. Mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain. Sepanjang arcade, wisata wan selain bisa berbelanja dengan tenang dalam kondisi cerah maupun hujan, juga bisa menikmati pengalaman belanja yang menyenangkan saat menawar harga. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya.

Jangan lupa untuk menyisakan sedikit tenaga. Masih ada pasar tradisional yang harus dikunjungi. Di tempat yang dikenal dengan Pasar Beringharjo, selain wisata wan bisa menjumpai barang-barang sejenis yang dijual di sepanjang arcade, pasar ini menyediakan beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Selain produk lokal Jogja, juga tersedia produk daerah tetangga seperti batik Pekalongan atau batik Solo. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah.

Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisata wan.
Benteng Vredeburg dan Gedung Agung

Di penghujung jalan "karangan bunga" ini, wisata wan dapat mampir sebentar di Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan Gedung Agung. Benteng ini dulunya merupakan basis perlindungan Belanda dari kemungkinan serangan pasukan Kraton. Seperti lazimnya setiap benteng, tempat yang dibangun tahun 1765 ini berbentuk tembok tinggi persegi melingkari areal di dalamnya dengan menara pemantau di empat penjurunya yang digunakan sebagai tempat patroli. Dari menara paling selatan, saya pun sempat menikmati pemandangan ke Kraton Kesultanan Yogyakarta serta beberapa bangunan historis lainnya.

Sedangkan Gedung Agung yang terletak di depannya pernah menjadi tempat kediaman Kepala Administrasi Kolonial Belanda sejak tahun 1946 hingga 1949. Selain itu sempat menjadi Istana Negara pada masa kepresidenan Soekarno ketika Ibu kota Negara dipindahkan ke Yogyakarta.
Lesehan Malioboro

Saat matahari mulai terbenam, ketika lampu-lampu jalan dan pertokoan mulai dinyalakan yang menambah indahnya suasana Malioboro, satu persatu lapak lesehan mulai digelar. Makanan khas Jogja seperti gudeg atau pecel lele bisa dinikmati disini selain masakan oriental ataupun sea food serta masakan Padang. Serta hiburan lagu-lagu hits atau tembang kenangan oleh para pengamen jalanan ketika bersantap.


Bagi para wisata wan yang ingin mencicipi masakan di sepanjang jalan Malioboro, mintalah daftar harga dan pastikan pada penjual, untuk menghindari naiknya harga secara tidak wajar.

Mengunjungi Yogyakarta yang dikenal dengan "Museum Hidup Kebudayaan Jawa", terasa kurang lengkap tanpa mampir ke jalan yang telah banyak menyimpan berbagai cerita sejarah perjuangan Bangsa Indonesia serta dipenuhi dengan beraneka cinderamata. Surga bagi penikmat sejarah dan pemburu cinderamata.

TAMAN SARI JOGJA

Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. Sebenarnya selain Taman Sari, Kesultanan Yogyakata memiliki beberapa pesanggrahan seperti Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemadi Sultan beserta keluarga. Disamping komponen-komponen yang menunjukkan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu juga hanya dengan Tamansari.

Letak Tamansari hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).

Bagian - bagian Tamansari:

1. Bagian Sakral
Bagian sakral Tamansari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.
2. Bagian Kolam Pemandian
Bagian ini merupakan bagian yang digunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat unik dengan pot-pot besar didalamnya.
3. Bagian Pulau Kenanga
Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah.

Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air terbuka dan air mengenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika dilihat dari atas, bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai di tengah kolam sangat besar.

Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur didalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat.

Sementara itu lorong-lorong yang ada di kawasan ini dahulu konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogayakarta. Bagian ini memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.

Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai obyek wisata.

Di lingkungan Tamansari ini dapat dijumpai masjid Saka Tunggal yang memiliki satu buah tiang. Meskipun masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi aset dikompleks ini. Disamping itu, kawasan Tamansari dengan kampung tamam-nya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi. Kampung Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari wisata wan mancanegara maupun wisata nusantara. Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai Pasar ngasem yang merupakan pasar tradisional dan pasar burung terbesar di Yogyakarta. Beberapa daya tarik pendukung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta Kraton Yogyakarta.

PRASASTI CHINA DI JAWA

Bagaimana cerita hubungan etnis Cina yang menetap dan telah memiliki kewarganegaraan Indonesia dengan Kraton beberapa dekade silam? Banyak orang telah mengurainya, mulai saat pertama kali bangsa Cina berdatangan untuk berdagang sebelum abad ke-15, pada awal abad ke-19 hingga masa Perang Dunia II, sampai masa awal orde baru dan pasca orde baru. Namun, kalau bicara soal bukti, terlebih berupa prasasti yang dibuat pada abad 20, sepertinya sulit ditemui di wilayah lain di luar Yogyakarta.


Di Yogyakarta, anda bisa menemui prasasti itu, yang menyimbolkan betapa baiknya hubungan etnis Cina yang tinggal di Indonesia dan warga Yogyakarta, terutama keluarga Kraton. Tempat anda bisa menemukannya adalah di Tepas Hapitopuro, belakang Bangsal Traju Mas, persis di tengah-tengah Kraton. Anda bisa menemuinya dengan masuk wilayah Kraton melalui Kraton Keben dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000,00, ditambah Rp 1.000,00 jika ingin mendokumentasikan dengan kamera.

Prasasti Jawa Cina itu berbentuk segi empat dengan tinggi 100 cm dan lebar 80 cm. Tertulis pada prasasti tersebut tanggal pembuatannya, yaitu Tahun Cina Min Khuo 29, bulan 3, hari ke 18 atau 1942 M. Pada prasasti itu pula terukir candrasengkala berbunyi "Jalma Wahana Dirada Hing Wungkulan" yang berarti manusia naik gajah di atas benda bundar, menunjukkan pembuatannya pada tahun Jawa 1871. Catatan juga menunjukkan bahwa batu prasasti itu didatangkan langsung dari Cina pada tahun 1940.

Meski hanya batu kecil yang terletak di belakang bangunan bangsal yang besar, namun prasasti itu menyimpan banyak cerita seputar kehidupan masyarakat Jawa, Cina, Jepang, Belanda dan Indonesia pada rentang waktu prasasti itu dibuat. Prasasti itu merupakan wujud rasa terima kasih warga etnis Cina pada keluarga Kraton karena selama ratusan tahun telah memberikan perlindungan dan rasa aman.

Cerita pertama, prasasti yang pembuatannya diprakarsai oleh delapan warga Cina, dipimpin oleh Lie Ngo An sebagai ketua masyarakat Tionghoa Yogyakarta itu menjadi saksi sejarah penyerbuan pasukan Jepang secara mendadak ke wilayah Cina. Pengiriman batu bahan dasar prasasti yang dijadwalkan sampai dengan segera menjadi terlambat karena banyak warga Cina panik akibat penyerbuan Jepang dan transportasi terganggu. Namun, meski pengirimannya terlambat, prasasti itu sebenarnya tetap bisa diserahkan tepat pada waktunya, saat penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Penyebab terlambatnya penyerahan prasasti adalah cerita lainnya. Saat itu, pasukan Jepang yang semula menyerbu Cina, dikerahkan untuk menyerbu wilayah-wilayah Jawa, termasuk Yogyakarta. Tahun-tahun setelah penyerbuan Jepang itu juga diisi oleh berbagai momen besar seperti pendudukan Jepang di Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan perang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Akhirnya, penyerahan prasasti itu tertunda selama 12 tahun, tersimpan di Rumah Liem Ing Hwie, salah satu pemrakarsa pembuatannya.

Prasasti yang semula direncanakan sebagai ucapan terima kasih itu bertambah makna menjadi peringatan pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, sebab diserahkan pada tanggal 18 Maret 1952, tepat pada peringatan 12 tahun bertahtanya Sultan HB IX. Saat itu pun, hanya lima dari delapan pemrakarsa yang bisa hadir, sebab tiga lainnya sudah meninggal dunia. Adapun pemrakarsanya selain Liem Ing Hwie dan Lie Ngo An adalah Dr Sim Kie Ay, Ir Liem Ing Hwie, Lie Gwan Ho yang merupakan pemilik toko jam, Tan Ko Liat, Sie Kee Tjie dan Tio Poo Kia, serta Oen Tjoen Hok yang mengelola Restoran Oen, salah satu restoran legendaris di Indonesia.

Ungkapan terima kasih etnis Cina itu tertulis secara eksplisit dalam bait tembang kinanthi berbunyi "mangkya kinertyeng sela mrih, enget salami-laminya, rat raya masih lestari" yang berarti "maka kami memahat batu peringatan ini dengan maksud mengucapkan terima kasih untuk selama-lamany
Bookmark and Share
 
Powered By Blogger | Portal Design By Trik-tips Blog © 2009 | Resolution: 1024x768px | Best View: Firefox | Top