Sejarah Geografis Kabupaten Sumbawa memiliki lokasi yang cukup strategis, karena dari segi ekonomi terletak pada lintas perdagangan yang menghubungkan antara pusat perdagangan yaitu: Surabaya, Makassar maupun NTT. Disamping itu, Kabupaten Sumbawa lerletak pada lintas para wisata yaitu propinsi Bali, Pulau Lombok, dan Taman Nasional Komodo. Kabupaten Sumbawa sangat berpeluang untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan dikawasan Indonesia.
Kesulatana sumbawa dari zaman kemerdekaan hingga daerah swatantra.
Sebagai mana dimaklumi bahwa tana samawa yang disebut kabupaten sumbawa saat ini, sebelumnya merupakan wilayah kerajaan. Setelah masa kerajaan berakhir seiring dengan telah diproklamirkan kemerdekaan negara republik indonesia tanggal 17 agustus 1945, bentuk pemerintahan di tana samawa mengalami perubahan secara terus menerus yang secara kronologis adalah sebagai berikut:
- pemerintah dewan raja-raja tahun 1949-1950
- pemerintahan daerah swapraja tahun 1950-1959, dan selanjutnya tepat pada 22 januari, lahir kabupaten sumbawa yang ditandai dengan dilantiknya sultan sumbawa yang terakhir, Muhammad Kharuddin III menjadi PS. Kepala daerah swatantra tingkat II sumbawa.
Pulau sumbawa dan pulau sumba dijadikan satu dalam bentuk afdeling dengan Ibu kota di sumbawa besar. Asisten residen yang pertama adalah Jan Soun Fandrain, kerajaan sumbawa dibagi dalam 2 afdering yaitu sumbawa barat dan sumbawa timur. Dalam pemerintahan sultan muhammad jalaluddin III (1833 sampai 1931), inilah dibangun istana tua dalam loka. Hal ini sangat dimungkinkan karena sultan Muhammad Jalaluddin III menjalankan roda pemerintahan selama 48 tahun. Ia juga mampu menuruti kehendak belanda. Kini istana tua dalam loka menjadi aset pemerintahan daerah kabupaten sumbawa dalam rangka menjalankan para wisata sejarah.
Setelah ia meninggal pada tahun 1931, kekuasaan raja turun pada putra mahkota yang mendapat gelar sultan muhammad kharuddin III. Pada zaman pemerintahannya menjadi masa peralihan kolonialisme belanda kepada jepang. Ketika perjanjian kalijati ditanda tangani tanggal 9 maret 1942, organisasi-organisasi islam dikabupaten sumbawa mulai mengnut siasat. Organisasi itu antara lain nahdatul ulama, muhammadiyah, dan alirsat. Sementara 3 kerajaan dipulau sumbawa mengambil sikap tegas, menyatakan diri lepas dari kekuasaan belanda. Tepat pada bulan mei 1942, 8 kapal perang jepang mendarat di labuhan mapin dibawah pimpinan kolonel haraichi yang ternyata disambut gembira oleh rakyat.
Agresi militer belanda ke republik indonesia mengakibatkan raja sumbawa mendatangani sebuah perjanjian politik. Baru dengan belanda pada tanggal 14 desember 1948, isinaya antara lain menjelaskan tentang sisa-sisa kekuasaan yang masih dikuasai oleh belanda di sumbawa. Kekuasaan itu ada tiga yaitu bidang pertahanan, hubungan luar negeri dan monopoli antas candu dan garam. Setahun kemudian pemerintahan Indonesia timur berdasar Undang-Undang No. 44 tahun 1949 membentuk daerah satatua federasi pulau sumbawa, yang ditetapkan oleh dewan raja-raja pada tanggal 6 september 1949.